Kamis, 30 Juli 2009

Pidato Soekarno di PBB

Hari ini, Soekarno menyampaikan pidato politiknya yang klasik di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa di Lake Succes, New York. Dalam pidato selama sekira 45 menit yang dipenuhi gemuruh aplaus dan tempik sorak itu, Soekarno membacakan teks pidato yang ia juduli: To Build the World A New. Hubungan antara Indonesia dengan PBB, diwarnai priode pasang surut, mengikuti langgam politik Soekarno.

Dengan mengenakan seragam putih-putih, kopiah hitam, dan kacamata baca bertangkai hitam, Soekarno memulai pidatonya dengan sebuah narasi yang tak tercantum di dalam teks pidato yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari: “Berbicara di hadapan Anda semua, hati saya bergetar.”

Tetapi beberapa menit kemudian, retorika Soekarno ganti membikin seisi gedung PBB bergetar oleh sejumlah aplaus dan tepuk tangan. Dukungan berasal dari negara-negara dunia ketiga, yang menyambut dengan hangat setiap pernyataan Soekarno yang dianggap relevan mewakili sikap dan pandangan mereka terhadap lembaga PBB itu.

Soekarno memang memanfaatkan jatah pidatonya untuk mengkritik kegagalan PBB sebagai lembaga dunia dalam mengakomodasi kepentingan semua anggotanya tanpa pandang bulu.
Dengan nada tinggi, Seokarno mengguntur: “Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian den kesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan exploitation de l'homme par l'homme et de nation par nation.”

Bagi Soekarno, misi membangun Dunia Baru tak mungkin dipikulkan pada PBB, jika PBB sama sekali enggan memperbaiki diri dari sejumlah kekeliruannya. Kala PBB didirikan belum banyak bangsa di Asia yang merdeka. Kini, kata Soekarno, dunia sudah berubah dengan munculnya the new emerging forces—kekuatan baru dunia ketiga. Karena itu, struktur PBB perlu dirombak. Markas PBB juga mesti dipindahkan dari New York ke negara yang tak terpengaruh dua blok AS dan Uni Soviet yang tengah melancarkan perang dingin. Hak veto pada segelintir anggota elit PBB, yang hingga kini masih terus dipersoalkan, juga dituntut Soekarno untuk dicabut demi keadilan dan persamaan.

PBB mesti memperbaiki dirinya secara radikal. Badan ini , kata Soekarno lagi, “hanya dapat menjadi efektif bila mengikuti jalannya sejarah dan tidak mencoba untuk membendung atau mengalihkan ataupun menghambat jalannya sejarah.”

Dan bagi Soekarno, sejarah sedang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan bagi neokolonialisme dan neoimperialisme. Mengikuti laju sejarah, dengan demikian, sama dengan mendorong laju sejarah itu lewat upaya melawan dan menentang neokolonialisme dan neoimperialisme secara sungguh-sungguh.

Dan Soekarno konsisten benar dengan apa yang ia yakini. Empat tahun kemudian, ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Soekarno meradang. Bagi Soekarno, Malaysia adalah penjelmaan langsung dari neokolonialisme, dalam hal ini Britania Raya. Soekarno mengambil langkah politik dramatis: Indonesia keluar sebagai anggota PBB pada 7 Januari 1965!

Gema usulan Soekarno pada pidato saat itu, masih dapat ditelusuri jejaknya dalam perdebatan-perdebatan di PBB saat ini. Upaya untuk melakukan perubahan fungsi kelembagaan serta isu pembentukan tatanan dunia baru paska perang dingin, merupakan poin yang kini menjadi agenda utama lembaga dunia ini.

Senin, 06 Juli 2009

TPS 23 Siap Laksanakan Pilpres 2009

Anggota KPPS TPS-23 Ganesha Telaga Kahuripan Diminta Netral

Sebanyak 7 anggota Panitia Pemungutan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 (KPPS) TPS 23 Desa Tegal,Kecamatan Kemang, siap melaksanakan tugas Negara. Ke-7 anggota KPPS ini berasal dari dua orang anggota dari Pengurus RW-013,lima orang anggota dari lima RT di lingkungan RW-013. ke 7 anggota KPPS TPS-23 sesuai dengan perintah KPUD Kabupaten Bogor .

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 (KPPS-TPS 23), Sukmo Wibowo mengatakan, dirinya menunjuk anggota KPPS TPS 23 ini dalam rangka menyukseskan Pemilihan Presiden dan wakil Presiden yang akan dilangsungkan pada 8 Juli 2009 mendatang.

“Mereka saya tunjuk sebagai anggota KPPS TPS-23 untuk membantu melancarkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan mereka sudah disahkan KPUD Kabupaten Bogor sebagai anggota KPPS,” kata Sukmo Wibowo.

Terkait dengan kinerja anggota KPPS untuk kelancaran Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, pihaknya meminta kepada anggota KPPS supaya tidak tergoda pada janji-janji politik seseorang, sehingga mereka berbuat menyimpang. “Saya memgharapkan agar anggota KPPS bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya dan tidak tergoda oleh bujukan politik,” kata Sukmo Wibowo.

Saking sederhananya, para anggota KPPS TPS-23 tidak ada yang mendapatkan jatah anggaran konsumsi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan tugas KPPS yang sangat berat sebagai tangan terakhir negara yang bersentuhan dengan pemilih.

Kejadian apapun papar Sukmo Wibowo harus segera dicegah sedini mungkin. Sikap waspada juga patut dilakukan sedini mungkin. “Jika di suatu desa ada kerusuhan akibat hasil pilpres 2009, beritanya bukan lagi menjadi konsumsi daerah, namun akan menjadi berita nasional bahkan internasional. Negara lain akan memantau terus penyelenggaraan pilpres ini,” tegas Sukmo Wibowo.

Ia mengingatkan jangan sampai ada petugas KPPS yang menjadi tim sukses salah satu calon. “Jika memang ada tim sukses, lebih baik mundur sekarang juga, daripada mengundurkan diri di pertengahan jalan,” ingatnya.